Anjing siapapun, terutama anjing-anjing jenis penjaga bisa saja tiba-tiba menerkam siapa saja.
" Dipastikan, anjing tersebut sangat kurang mendapatkan sosialisasi lingkungan yang memadai. Bahkan kurang mendapatkan pelatihan dasar kepatuhan, bila penyerangan itu terjadi didepan majikannya," kata Priono Subardan, profesional di dunia anjing di Surabaya menanggapi peristiwa yang terjadi di Jakarta Timur itu.
Priono yang memiliki 17 Herder, 2 Doberman, dan 1 Rotweiler menekankan, pentingnya sosialisasi. Terutama untuk anjing-anjing galak. Sosialisasi untuk mengenal beragam orang, berikut aktivitasnya.
Dampak sosialisasi yang dilakukan sejak dini, usia di bawah setahun, antara lain membuahkan si anjing akan cepat berkemampuan menggunakan indera keenamnya. Jika melihat sosok-sosok manusia yang baru dikenalnya. Si anjing akan lebih cepat bisa membedakan sosok manusia berniat jahat atau baik, katanya.
Priono, yang sempat membangun sekolah anjing, menceritakan pengalamannya, ketika menerima siswa anjing jenis Rottweiler berusia 4 bulan.
Padahal anjing dikenalkan pelatihan setidaknya usia minimal 6 bulan. “Tapi pemilik Rottweiler yang bertempat tinggal di kawasan Bubutan Surabaya ini, sangat mengeluh atas sikap anjingnya", katanya.
"Keluhannya, ketika melihat orang lain datang, si anjing selalu nggereng dan tidak bersahabat. Saya lalu mengunjungi untuk membuktikannya. Ketika Saya temui, memang benar yang dikatakan majikannya. Lalu saya katakan, anjing ini belum cukup umur untuk dilatih. Hanya perlu sosialisasi saja. Dikenalkan untuk melihat banyak orang dari dekat. Cukup seminggu dan sukses,” katanya.
Keuntungan lain dari sosialisasi yang memadai, sekalipun peliharaannya berjumlah puluhan, tidak akan menimbulkan gangguan suara yang demikian heboh.
"Walaupun di sekitarnya banyak orang berseliweran, anjing-anjing di kandang tetap diam. Walau ada siapa pun yang di luar kandang, anjing-anjing tidak lantas mau menyerang," kata Priono Subardan. Juga tidak menyalak. Mereka berlari mendekat hanya untuk melihat wajah siapa yang lewat, tambahnya.
"Jika yang ditatapnya itu sosok wajah yang memancarkan aura negatif, si anjing mulai siaga dan akan menyerangnya jika masuk kawasan teritorialnya," kata Priono.
Melihat kasus meninggalnya pembantu rumah tangga akibat diserang anjing majikannya, bisa diperkirakan anjing tersebut seperti belum dilatih, minimal level dasar yaitu kepatuhan.
Kalau sudah terlatih kepatuhan, ketika hendak menyerang pun, jika majikan bilang 'jangan', maka si anjing bakal membatalkan niatnya.
"Kecuali karakter anjing masuk dalam kategori buas. Anjing dalam karakter ini tidak boleh dipelihara. Harus disuntik mati. Termasuk anjing berkelainan. Karena bagaimanapun anjing tersebut tidak akan bisa menjadi anjing sebagai sahabat kita," katanya.
Ditambahkan, anjing yang telah menjalani proses sosialisasi memadai, lebih aman daripada anjing hanya menjalani pelatihan kedisiplinan sekalipun hingga level yang tinggi. Anjing yang hanya mengenyam pelatihan, hanya patuh dengan perintah terhadap yang dipatuhi. "Jadi akan sangat lebih baik bila sosialisasi memadai, dan pelatihan juga diterima, meski level dasar," tambahnya.
Menurutnya, anjing-anjing yang boleh dipelihara setidaknya berkarakter periang, penakut, peramah atau cenderung untuk aktivitas pelacakan, dan galak. Bukan anjing yang buas, tegas Priono. (disarikan dari Media Online Ngopibareng.id)
" Dipastikan, anjing tersebut sangat kurang mendapatkan sosialisasi lingkungan yang memadai. Bahkan kurang mendapatkan pelatihan dasar kepatuhan, bila penyerangan itu terjadi didepan majikannya," kata Priono Subardan, profesional di dunia anjing di Surabaya menanggapi peristiwa yang terjadi di Jakarta Timur itu.
Priono yang memiliki 17 Herder, 2 Doberman, dan 1 Rotweiler menekankan, pentingnya sosialisasi. Terutama untuk anjing-anjing galak. Sosialisasi untuk mengenal beragam orang, berikut aktivitasnya.
Dampak sosialisasi yang dilakukan sejak dini, usia di bawah setahun, antara lain membuahkan si anjing akan cepat berkemampuan menggunakan indera keenamnya. Jika melihat sosok-sosok manusia yang baru dikenalnya. Si anjing akan lebih cepat bisa membedakan sosok manusia berniat jahat atau baik, katanya.
Priono, yang sempat membangun sekolah anjing, menceritakan pengalamannya, ketika menerima siswa anjing jenis Rottweiler berusia 4 bulan.
Padahal anjing dikenalkan pelatihan setidaknya usia minimal 6 bulan. “Tapi pemilik Rottweiler yang bertempat tinggal di kawasan Bubutan Surabaya ini, sangat mengeluh atas sikap anjingnya", katanya.
"Keluhannya, ketika melihat orang lain datang, si anjing selalu nggereng dan tidak bersahabat. Saya lalu mengunjungi untuk membuktikannya. Ketika Saya temui, memang benar yang dikatakan majikannya. Lalu saya katakan, anjing ini belum cukup umur untuk dilatih. Hanya perlu sosialisasi saja. Dikenalkan untuk melihat banyak orang dari dekat. Cukup seminggu dan sukses,” katanya.
Keuntungan lain dari sosialisasi yang memadai, sekalipun peliharaannya berjumlah puluhan, tidak akan menimbulkan gangguan suara yang demikian heboh.
"Walaupun di sekitarnya banyak orang berseliweran, anjing-anjing di kandang tetap diam. Walau ada siapa pun yang di luar kandang, anjing-anjing tidak lantas mau menyerang," kata Priono Subardan. Juga tidak menyalak. Mereka berlari mendekat hanya untuk melihat wajah siapa yang lewat, tambahnya.
"Jika yang ditatapnya itu sosok wajah yang memancarkan aura negatif, si anjing mulai siaga dan akan menyerangnya jika masuk kawasan teritorialnya," kata Priono.
Melihat kasus meninggalnya pembantu rumah tangga akibat diserang anjing majikannya, bisa diperkirakan anjing tersebut seperti belum dilatih, minimal level dasar yaitu kepatuhan.
Kalau sudah terlatih kepatuhan, ketika hendak menyerang pun, jika majikan bilang 'jangan', maka si anjing bakal membatalkan niatnya.
"Kecuali karakter anjing masuk dalam kategori buas. Anjing dalam karakter ini tidak boleh dipelihara. Harus disuntik mati. Termasuk anjing berkelainan. Karena bagaimanapun anjing tersebut tidak akan bisa menjadi anjing sebagai sahabat kita," katanya.
Ditambahkan, anjing yang telah menjalani proses sosialisasi memadai, lebih aman daripada anjing hanya menjalani pelatihan kedisiplinan sekalipun hingga level yang tinggi. Anjing yang hanya mengenyam pelatihan, hanya patuh dengan perintah terhadap yang dipatuhi. "Jadi akan sangat lebih baik bila sosialisasi memadai, dan pelatihan juga diterima, meski level dasar," tambahnya.
Menurutnya, anjing-anjing yang boleh dipelihara setidaknya berkarakter periang, penakut, peramah atau cenderung untuk aktivitas pelacakan, dan galak. Bukan anjing yang buas, tegas Priono. (disarikan dari Media Online Ngopibareng.id)